Bismillah..., ini ide lama sebenarnya. Menceritakan tokoh-tokoh masyarakat kharismatik di Serang Banten.
Kalau anda orang Serang asli, anda atau orang tua anda pasti mengenal tokoh satu ini. Namanya Thohir Hanafi, dikenal sebagai kyai meski belum berhaji. Ia adalah ulama yg jg birokrat. Jabatan terakhirnya adalah Pati (Petinggi), setingkat wakil bupati jika dikonversi dengan masa kini. Anak-anaknya diberi nama Hanafi dibelakangnya, Lutfi Hanafi, Syadeli Hanafi dan Hanafi lainnya yang saya lupa. Cucu2 Kyai Hanafi inilah yg seangkatan dengan saya, kakak saya, atau adik saya. Serang sempit, mudah melacak silsilah seseorang.
Ayah saya, Aman Sukarso, beruntung pernah tinggal di rumahnya selama 3 bulan di sekitar tahun 1974-75. Darinyalah saya dapat cerita ini beberapa kali, termasuk malam ini.
Ada banyak kisah menarik dari Thohir Hanafi, salah satunya saat ia membidangi urusan haji. Sebagai pengurus haji, ada jatah untuk pembimbing haji untuk berangkat mendampingi para jamaah haji. Tapi ia tak pernah berangkat. Ia gunakan jatah itu untuk memberangkatkan stafnya berhaji sekaligus menjadi pembimbing.
Aman muda pernah menanyakan persoalan ini, kenapa dirinya tak pernah berhaji dengan jatah tersebut. Jawabannya sederhana.
"Man, bapakmah gajinya besar, bisa berhaji sendiri, yang staf-staf ini gajinya kecil, sulit untuk berhaji," jelasnya
"Lalu kenapa bapak belum berhaji juga kalau begitu?" penasaran Aman.
"Haji itu urusan panggilan Allah, sekarang bapak kan ada kewajiban lain menyekolahkan anak-anak, nanti jika saatnya berangkat ya Insya Allah berangkat," paparnya.
Aman mengira jawaban tadi hanya bercanda, tapi ternyata benar, setelah pensiun sang Kyai berangkat haji.
Cerita lainnya adalah saat ada seorang haji yang meninggal. Ada asuransi untuk ini. Sang Kyai mengantar sendirj ke Waringin Kurung, ditemani seorang supir dan Ayah saya. Akses jalan mobil terbatas, sisanya harus dijalani dengan jalan kaki. Ia datang, dipanggilnya lurah, dikumpulkan keluarganya, dijelaskan hak-haknya. Ditegaskannya bahwa jni hak ahli waris, tidak ada yang boleh meminta.
Menjelang akhir hayatnya, Aman menengok. Paru-parunya terendam air. Sang Kyai menyiapkan kematiannya.
"Man, tugas saya mungkin sudah selesai, kalau Allah minta saya kembali, saya kembali. Kalau masih muda ya pantaslah orang berusaha untuk kembali sehat," pasrahnya.
"Makin kesini, orang2 seperti ini (Kyai Hanafi) semakin jarang," tutup Aman pada saya dalam perjalanan pulang makan nasi sum-sum bersama.
Saya mengerti, orang-orang semakin gila belakangan ini. Beberapa tahun lalu seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi bercerita bahwa seorang dosen menawarkan beasiswa mahasiswa di depan kelas dengan catatan mau dipotong. Ia pasti sedang gila atau mabuk saat bicara.
Ayolah, sepertinya seru menjadi orang baik.
Akan selalu ada orang baik dan orang jahat di bumi ini. Kalau kita bukan bagian dari solusi, berarti kita bagian dari masalah. Pilihlah dengan bijak mau menjadi yang mana.
MH.Thamrin 14,
16 Februari 2017.
(diterbitkan ulang dari notes facebook, Cipocok, 17 Januari 2015)