Ini beberapa hal yang biasa saya lakukan dalam menulis artikel berbahasa Inggris:
1. Perbanyak baca jurnal berbahasa Inggris.
Saya sering bereksperimen menggunakan kosa kata baru dan gaya yang dipakai dalam tulisan-tulisan orang lain yang saya suka karena asyik. Misalnya saya meminjam gaya Benny Simon Tabalujan saat mengkritisi seseorang. Saya gunakan gaya yang sama saat mengkritisi John Braithwaite dengan ungkapan, "I think Braithwaite is partly right and partly wrong, (lalu kita kemukakan alasannya). Ini menurut saya membuat tulisan kita lebih mengalir, adverb "partly" membuat tulisan menjadi renyah.
Dalam perjalanan saya menelusuri tulisan-tulisan berbahasa Inggris menyimpulkan bahwa tak ada beda dengan tulisan-tulisan berbahasa Indonesia. Ada karakter tulisan yang enak dibaca dan ada yang tidak. Jika kita bisa menulis dalam bahasa Indonesia dengan sangat asyik dan renyah, maka hal yang sama bisa dilakukan dalam bahasa Inggris
2. Gunakan software pengecek grammar.
Setelah selesai tulis biasanya saya akan gunakan software pengecek grammar. Deadline dan keletihan menulis biasanya akan mengurangi ketelitian kita dalam menulis. Software inilah yang berfungsi "menyapu" hal-hal tadi. Kelalaian dalam hal subject-verb agreement biasanya akan terdeteksi oleh software ini, atau persoalan singular-plural yang terlewat juga biasanya akan tersapu. Misalnya karena letih kita menulis "two notion," maka perangkat lunak tadi akan mendeteksi bahwa ada yang keliru pada tulisan tersebut dan merekomendasikannya menjadi "two notions". Ada banyak software jenis ini dari yang berbayar, free trial hingga yang gratisan. Saya biasa menggunakan perangkat lunak ginger sebagai pengecek grammar.
Jika sudah rampung anda juga bisa menggunakan software pendeteksi plagiarisme untuk memastikan karya anda terbebas dari plagiarisme.
3. Cari proofreader
Meski anda sudah berhati-hati, proofreader adalah pihak yang bisa diandalkan menilai tulisan kita dari versi pembaca. Saya biasanya meminta teman dosen bahasa Inggris untuk memeriksa hasil akhir tulisan kita. Langganan saya Rohman, kawan SMA yang kini jadi dosen Bahasa Inggris. Seorang Leidenaar. Ia mengoreksi dan memberi alternative pilihan kata yang biasa kami diskusikan bersama.
Alternatif lain adalah menggunakan profesional proofreader. Saya pernah dua kali menggunakan profesional proofreader yang berbeda. Yang satu untuk sebuah makalah dengan harga yang cukup mahal, sekitar 5 juta rupiah untuk 7 halaman. Yang kedua lebih murah dari yang pertama, meskipun bagi saya tetap mahal. Ada harga ada rupa, kualitas yang pertama jauh lebih baik dari yang kedua. Yang kedua salah menafsirkan sekitar tiga kalimat saya saat ia memparafrasekannya. Dua kalimat berhasil ditafsir ulang satu kalimat tetap gagal sehingga saya gunakan kalimat sendiri. Penggarapannya juga tidak seteliti yang pertama, ada sekitar empat kesalahan saya yang luput diperbaikinya berupa pengulangan kata dan beberapa hal pungtuasi. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa ini tulisan kita, maka kita yang punya kendali menerima atau menolak rekomendasiannya. Pada akhirnya saya bersepakat dengan seorang kawan penerjemah bahwa proofreader adalah semacam second opinion yang bisa kita pertimbangkan untuk menerima atau menolaknya. Sebagian hasilnya menjadi lebih bagus, sebagian lainnya seringkali menjadi terasa aneh dan janggal.
4. Jangan berhenti menulis artikel berbahasa Inggirs.
Ini sebetulnya kekhawatarin saya jika telah selesai menuntaskan pendidikan formal. Beberapa alumni luar negeri yang saya perhatikan seringkali kali menurun kemampuan menulis bahasa Inggrisnya karena lama tak dipakai. Tantangan saya ke depannya adalah mempertahankan dan meningkatkan kemapuan menulis berbahasa Inggris. Ini tentu tidak mudah, terlebih saat pulang nanti dimana fasiltas berkurang dan lingkungan yang tidak mendukung. Salah satu cara memelihara kemampuan menulis berbahasa Inggris adalah dengan mengikatkan diri pada berbagai konferensi internasional yang mengharuskan kita membuat makalah dalam bahasa Inggris.
Begitulah, semoga bermanfaat untuk saya dan semua, sebagai pengingat agar tidak berhenti berkarya.