Hari ini hari Sabtu. Hari libur pekanan sebagaimana di Indonesia.
Rencananya malam nanti ke Kobe menghadiri sebuah acara. Tiket bis sudah dibelikan atas kedermawanan seseorang. Tapi tiket pulang belum dibeli. Rezeki datang lagi dari beberapa orang baik, sejumlah 5000 yen setara lebih dari 500 ribu rupiah. Tapi uang itu belum berpindah tangan.
Alamat harus kembali menarik tabungan di Indonesia. Sudah dua kali ini sisa tabungan pendidikan Syifa di Indonesia membantu menyambung hari di Jepang. Gaji Februari sebagiannya sudah dipakai lebih awal. Untuk keperluan Januari lalu saya meminjam 15 juta dari Ayah saya melalui Peppy kakak saya. 25000 yen juga saya pinjam dari seorang kawan untuk menyambung hari-hari sebelum ini.
Seperti biasa beasiswa blum datang. Biasanya pihak kampus mentransfernya tengah Februari. Tapi Dikti mengambil alih karena beberapa kekacauan pada pengelola beasiswa terutama kopertis VII yang memotong hak para penerima beasiswa. Atas beberapa laporan diantaranya dari kami Dikti kemudian mengambil alih. Saya tak mengerti dimana otak oknum pengelola beasiswa luar negeri Kopertis VII periode ini. Saya menyaksikan sedih dan sengsaranya rekan-rekan dari kopertis VII atas beasiswa yang diterimanya.
Pengambilalihan ini bagus untuk rekan-rekan saya yang sering telat menerima beasiswa terlebih jika dikorup sebagiannya. Tapi bagi kampus saya Untirta yang selama ini lancar tanpa potongan pengambilalihan ini jadi kerepotan tersendiri bagi saya. Karena waktu pencairan jadi tak jelas. Diktipun nampaknya sedikit kewalahan menanganinya melihat dari tidak serentaknya pencairan yang dilakukan.
Kembali ke tanggal 15 dan persoalan Kobe. Mau tak mau, harus ambil sisa tabungan Syifa lagi. Lemahnya nilai kurs rupiah terhadap yen memang menyesakan, tapi berhutang hanya membuat badan saya semakin membungkuk.
Setiap tanggal 15 per empat bulan, tiga anak kami mendapatkan tunjangan anak dari pemerintah Jepang.
Tanggal 15 Februari ini dijadwalkan cair. Tapi ini Sabtu jadi saya tak begitu berharap. Karena biasanya jika tanggal 1 jadwal gajian di Indonesia jatuh pada hari Sabtu maka itu artinya kita akan gajian ada tanggal 3. Beragam cara saya menghadapi situasi ini. Jika keperluan masih bisa ditahan ya ditunggu hingga Senin tanggal 3. Jika tak bisa semisal susu bayi habis ya menggadaikan emas di pegadaian untuk ditebus saat gajian. Satu dua kali honor tulisan di harian lokal juga ikut membantu menyambung hari.
Jadi kembali ke tunjangan tanggal 15 di Jepang saya tak begitu berharap mengingat ini Sabtu.
Tapi Jepang itu umumnya Islami, jika sudah janji ditepati. Dan ternyata benar, 140.000 yen tercatat masuk rekening pagi ini. Alhamdulillah, bisa untuk ongkos pulang Kobe-Kanazawa, bayar hutang dan mencukupi kebutuhan Februari.
Ternyata di Jepang tanggal 15 ya 15 bukan 17.
No comments:
Post a Comment