Bismillah.
Hari ini, 6 Mei 2013, divisi kerohanian PPI Ishikawa menghadirkan Ustad
Muhammad Yusron Amsor, Lc. MA. Semua berawal dari Mbak Mudyawati yang memiliki
rekan di Tokyo (Istri dari Mas Topan) yang sedang kedatangan seorang ustad
lulusan Madinah dan Malaysia untuk sebuah acara pengajian di Tokyo. Jadi
begitulah , akhirnya ustad Yusron “diculik” untuk mengisi acara di Kanazawa,
yang berjarak tujuh jam perjalanan bis, beliau naik kereta sehingga bisa lebih
cepat tiba di Kanazawa.
Yang
disampaikannya adalah pendidikan karakter, tema yang sedang dikuatkan di
Indonesia, mengingat kita memang sedang punya masalah besar di titik ini.
Menurutnya para orang tua sekarang sering terjebak dengan masalah tempat anak
bersekolah, dimana anaknya akan disekolahkan? Saya kira saya salah satu yang
terjebak masalah ini. Padahal yang lebih penting dan harus disadari adalah
bahwa pendidikan berawal dari rumah. Menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak
pada sekolah saya kira adalah bentuk terselubung dari kemalasan mendidik anak,
ingin terima jadi, instan, anak hapal banyak surat quran dan hal bagus lainnya
tanpa mau bersusah payah.
Ustad
Yusron mengingatkan bahwa di Jepang pendidikan bagus, sebagian nilai-nilai
Islam bahkan terimplementasikan di Jepang: bersih, disiplin, kesungguhan dll.
Tapi tauhid adalah yang utama, itu sebabnya nikmat menjadi muslim haruslah
dipelihara dan disyukuri. Sebab kehidupan dunia ini akan berakhir dan
akhiratlah kampung terakhir manusia.
Ustad
Yusron lalu mengupas seorang pendidik yang namanya diabadikan Allah dalam
Alquran. Saya menduga beliau akan menyebutkan nabi Muhammad SAW. Tapi ternyata
tidak, ia menyebut Luqman. Tentu saya tahu surat Luqman, tapi jika ditanya
lebih jauh siapa Luqman? Apa yang diajarkannya? Dari mana asalnya dan seterusnya
saya akan terdiam kecuali meraba-raba karena sebuah nasyid pernah menceritakan
bagian kecilnya dan membaca terjemahan selintas-selintas. Dalam hal ini saya
rasa saya harus malu, 32 tahun apa saja yang kau kerjakan? Terjemahan quran pun
belum pernah kau habiskan.
Luqman
adalah orang biasa, hidup di zaman Nabi Daud Alaihisalam. Tinggal di daerah
Sudan, Afrika. Sebuah riwayat mengatakan ia hitam dan jauh dari kesan menarik
pada umumnya. Tapi begitulah Islam, ia tak memandang warna kulit, kelas sosial
dan sebagainya. Dalam Islam seorang putih dan ganteng belum tentu lebih hebat
dan mulia dari yang hitam dan sebaliknya. Masalah rasial sudah selesai di Islam
disaat orang bersusah payah mengampanyekan anti rasial. Allah menganugerahi
Luqman kebijaksanaan, meninggikan derajatnya.
Luqman
adalah surat ke 31 dalam Alquran, jumlah ayatnya 34. Sosok Luqman dibahas dalam
ayat 12 hingga 19. Setidaknya ada 7
pokok yang disampaikan dalam Surat Luqman:
1. 1. Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar Laa Tusryik Billah,
Inna Syirka ladzulmun Adziim (Luqman: 13)
Ustad
Yusron menceritakan di jaman Nabi Muhammad SAW
ada Abdullah bin Jud’an, sepupu dari Ayahnya Abu Bakar Asshidiq. Seorang dermawan dan baik hati yang meninggal
sebelum sempat memeluk Islam. Aisyah, istri nabi, bertanya pada nabi tentang
nasibnya di akhirat yang nabi jawab bahwa seluruh kebaikannya tak membawa
manfaat untuknya. (Ini tulisan cepat, harap merujuk lebih lanjut pada hadist untuk
mengetahui lebih lanjut teksnya).
2. 2. Berbakti kepada orang tua,
khususnya ibu (Luqman:14)
Ibu dalam hadist nabi diprioritaskan sebanyak 3 kali sebelum
kemudian bapak sebagai orang yang harus dihormati. Menurut sebuah tafsir ini
karena ibu memiliki tiga hal: mengandung, melahirkan dan menyusui. Dan ini
bukanlah pekerjaan mudah.
Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa salah satu tanda kiamat adalah
budak yang melahirkan majikannya. Dalam sebuah tafsir dijelaskan bahwa
maksudnya ini adalah anak yang durhaka, ibu yang dulu melahirkannya dijadikan
budak oleh anak ketika dewasa, sehigga anaknya seperti majikannya. Fenomena ini
telah banyak ditemukan dewasa ini. Kiamat sudah dekat.
3. 3. Ikutilah jalannya orang-orang yang
kembali kepada Aku (Allah). Wattabi
sabiila man anaaba ilayya (Luqman: 15)
Ini
memiliki makna kecintaan kepada orang soleh. Ini tambahan saya, apa yang saya
rasakan, jika kita tak suka dengan orang yang soleh, yakinlah ada yang salah
dengan kita. Itu berarti kita sedang jauh denganNya, agak sulit saya
menjelaskannya, tapi kau bisa merasakan saat kau merasa jauh.
4. 4. Jika ada sesuatu perbuatan
seberat biji sawi, dan berada dalam batu, atau di langit atau di bumi, niscaya
Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah maha halus, Maha teliti.
Ini
memiliki makna perbuatan kita selalu diawasi oleh Allah.
5. 5. Tegakkan sholat
Perintahkan anakmu untuk sholat sejak 7 tahun, jika hingga 10 tahun
tidak mau sholat pukul dengan lidi dengan pukulan yang tidak menyakitkan.
6. 6. Suruhlah orang berbuat makruf
dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpamu.
Kita lupa untuk menjadikan anak-anak kita sebagai da’i. Kitapun
haruslah menjadi da’i.
7. 7. Akhlak Islami. Allah tak menyukai
orang sombong dan suka membanggakan diri.
Demikianlah, harap membuka Luqman 12 hingga 19 untuk lebih rincinya.
Alquran itu pedoman hidup agar kita selamat dunia akhirat. Jika kita
dalam kesulitan misalnya, Alquran memberi jalan dalam Albaqarah 45 agar kita meminta tolong
melalui sabar dan shalat, dan ini tidak mudah kecuali bagi orang-orang yang
khusyu. Ustad Yusron menyampaikan agar kita selalu berusaha untuk khusyu dalam
sholat, jangan pernah menyerah, jangan berhenti berusaha.
Tips untuk khusyu darinya adalah: tinggalkan perbuatan yang sia-sia
dan pahami makna bacaan sholat.
Ciri orang yang khusyu adalah orang yang yakin akan bertemu Allah.
Sholat haruslah menjadi sesuatu yang kita tunggu waktunya.
Sesi pertanyaan:
Pak Irfan menanyakan tentang zuhud. Apakah kita tak boleh bercita-cita untuk
kaya?
Zuhud tidak memiliki makna seperti itu. Zuhud memiliki arti
kurangnya kecintaan terhadap sesuatu.
Pernah Janji pada Allah,
lalu tak Sanggup menunaikannya?
Ini juga pertanyaan yang terlontar dalam sesi diskusi dan jawabannya
akan sangat bermanfaat bagi yang dalam situasi yang sama saya kira.
Pertama jangan mudah berjanji mengatasnamakan Allah jika kita belum
yakin dapat melaksanakannya.
Maha suci Allah yang memberikan keluasan ilmu pada ustad Yusron, ia
segera meminta hadirin membuka Al Maidah 89. Jawabannya ada di sana:
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
disengaja (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja, maka kafaratnya (denda pelanggaran sumpah) ialah memberi makan
sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan seorang hamba
sahaya. Barangsiapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasalah
tiga hari. Itulah kafarat sumpah-sumpahmu apabila kamu bersumpah. Dan jagalah
sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan hukum-hukumNya kepadamu agar kamu
bersyukur (kepadaNya)”
Begitulah, semakin membaca Alquran semakin sadar bahwa Allah sayang
pada kita, itu sebabnya Ia mengirimkan 114 surat yang seringkali kita baca begitu
saja tanpa membaca artinya. Allah sangat romantis dan kita begitu angkuh mengabaikan
cintaNya. Ia mengirim surat dan kita tak membacanya. Segeralah. Sambut
cintaNya. Akhiri hidup ini dengan baik
dan segeralah temui Ia dan rasulNya. Buatlah mereka tersenyum, bangga menyambut
kita. Ya Rabb, jadikan kami sebagai orang yang selalu merindukanMu dan nabiMu.