Bersama Dr Kamlesh Kumar dan Ria Wierma Putri
Akhi Uhkti, kaifa haluk? Apa kabar
semuanya? Barangkali kita belum pernah bertemu. Tapi ana pernah berada dalam
organisasi yang sama dengan antum semua. Maka tidak menjadi soal apakah kita
pernah bertemu atau tidak. Menjadi anggota Forum Silaturahmi dan Studi Islam (Fossi)
Fakultas Hukum Universitas Lampung adalah salah satu hal yang terbaik dalam
hidup saya, one of the best things.
Akhi, hari-hari ini menjadi tak biasa
karena saya berada di Mumbai, India (14-16 April) dalam sebuah konferensi
perhimpunan kriminolog se-Asia bersama Ria Wierma Putri, Ukhti Ria, untuk
mempresentasikan makalah. Dan ini mengingatkan ana akan antum, akan Fossi. Kami
pernah sama-sama di Fossi, rapat dan sebagainya, menebar dakwah, merajut ukhuwah.
Fossi adalah titik balik bagi ana untuk menjalani hidup dengan penuh makna.
Sebagian teman yang pernah di lembaga dakwah kampus sedikit rikuh mengakuinya
dan memfasekannya sebagai masa pra-pencerahan agar terlihat cerdas dan objektif.
Bagi ana pencerahan itu justru dimulai dari Fossi hingga menemukan
pencerahan-pencerahan berikutnya. Menjadi Fossi menjadikan ana lebih moderat,
berkawan baik dengan orang-orang Islam mapun yang belum Islam. Mungkin suatu
saat ana akan ceritakan seorang kawan baik Hindu, Satish Chandra namanya,
seorang India.
Saat ini ana berada di Jepang, pertanyaan
langganan yang sering ditanyakan adalah kenapa belajar hukum di Jepang? Akhi,
jawaban ana sebenarnya hanya satu, ana ingin melihat sisi lain dari dunia yang
diciptakanNya. Adakah kehidupan lain di luar Indonesia? Seperti apa kehidupan
itu? Bagaimana orang-orangnya? Dalam sebuah perjalanan kaki menuju apato
(apartemen) di malam hari, ana dan pak Rudy, rekan dari Makasar memiliki
cita-cita yang sama, melihat sisi lain dari bumi Allah. Akhi, bercita-citalah
ke luar negeri. Carilah beasiswa. Taklukanlah bahasa Inggris yang centil itu. Ana
bukanlah jenis Mario Teguh yang cerdas memotivasi. Ana belum sukses, bahasa
Inggrisnya pun tak cihuy-cihuy amat. Tapi entah kenapa ana ingin antum bisa
menginjakkan kaki di berbagai belahan dunia.
Akhi, menjadi Fossi adalah hal yang sangat
membanggakan, menyenangkan. Menemukan diri dalam kemanfaatan adalah sesuatu
yang menenangkan. Dalam masa itu ana merasa menjadi orang terpilih, ilmu agama
menjadi begitu mudah dipahami, mengalir deras selaras janjiNya, diberikan pada
orang-orang yang kehendaki, hari-hari itu menjadi hari-hari yang begitu terasa
dekat denganNya. Dan demikianlah, dari Fossi petualangan itu berlanjut pada
organisasi-organisasi lain. Hingga satu waktu dalam sebuah penyampaian laporan
pertanggungjawaban, ana berbisik padaNya untuk beristirahat sejenak, menjadi
orang biasa nampaknya menyenangkan.
Hari berganti pekan, bulan dan tahun.
Hari-hari menjadi terasa hambar. Teryata menjadi orang biasa itu tak
menyenangkan, tidak asyik. Dan ternyata tak mudah untuk bisa kembali menjadi
orang terpilih. Hingga detik ini ana menyisipkan do’a agar menjadi hamba yang
bisa dibanggakanNya. Agar kembali dipilih.
Hari-hari ini adalah hari-hari dimana antum
semua berada dalam gelimang manfaat. Maka bersyukurlah dan jangan pernah
berhenti beristirahat karena sangat mudah bagiNya untuk menemukan para pengganti.
2 comments:
ferry at last i found you , please give me your email id , and ria 's too , i miss you both , going to mumbai soon again...
love and regards
priyadarshini ...remember golgappa at kolaba?????
Priya!
my email id is ferryfatur@ymail.com or ferry1@stu.kanazawa-u.ac.jp.
I'll send Ria's email later, I have to find it in my old email which was hijacked.
Sure, you're very lucky to have golgappa in India :), I'll miss that food for sure.
I ate another golgappa at Chhatrapati Intl Airport, its taste was not so delicious as golgappa at Kolaba.
Post a Comment