25/05/2008. 6.22 am
"Iya bi ibu bngun, alhamdulillah dah enakan, td mlm mnum obat, abi ngenet itu apa? abi disayang ya badannya, jgn cpe2, hrs sisain waktu u istirahat. Oya Syifa dah 3 hari ini suka sholat2 sendiri, btw td nomr siapa? ibu dan syifa sayang abi."
Sms itu datang pagi ini sebagai sebuah balasan. Saya membayangkan Syifa yang kadang suka sujud, meniru ibunya jika selesai sholat, lalu ia bangun dan nyengir pada kami, gigi serinya mulai keropos seperti karang yang diterjang ombak berkali-kali. Subhanallah betapa dahsyatnya Allah menghadirkan Syifa yang tadinya ia tak ada.
Dewi dan Syifa sedang di Bandung. Saya meninggalkan mereka di sana. Yai Humaedi, kakek Syifa, bapak Dewi, mertua saya, dirawat di Rumah Sakit Al Islam Bandung. Glukosa dalam darahnya naik menjadi 550, sempat drop, mencekam dan menegangkan kami semua. Betapa tak berdayanya manusia jika Allah berkehendak. Saya ditunjukkan kemahadahsyatannya, 'ditampar' dan nurani saya mengingatkan "mau ngomong apa ente Fer?" "bisa apa manusia?" "Apa yang mau disombongkan."
Bayangan Yai saat kritis masih terbayang. Kejadiannya menjelang magrib. Ia tak bisa mengontrol tubuhnya sendiri, tangannya mengejang memelintir, mengepal keras, matanya mendelik menuju satu arah, saya sempat melirik kemana matanya mengarah, saya khawatir ada malaikat di sana. Nyai menghalangi mata Yai dengan tangannya. Mulutnya mengatup, ada darah deras keluar, ia menggigit bibirnya sendiri! Kami berpacu dengan waktu, semua panik. Dikomando Nyai, semua mengompres yai dengan air panas, tangan, kaki, leher. Teteh dan Harlans (kakak ipar Dewi) menyediakan air panas berulang kali, stok air panas habis, teteh merebus sedikit demi sedikit. Dewi, Mega, Nyai membimbing Yai melafalkan tahlil, saya beristigfar tak putus, melihat peristiwa yang manusia tak memiliki kendali atasnya. Sekitar 5 menit, baru kemudian mereda. Kami segera membawa Yai ke rumah sakit bada magrib.
Di rumah sakit diketahui kadar amoniak dalam darah Yai berlebih. Secara medis jika amoniak berlebih sampai ke otak maka tubuh akan mengalami kejang-kejang. Diabetes menggerogoti hati dan ginjal Yai. Menakjubkan bagaimana Allah telah mengatur tubuh ini dengan sempurna, bagaimana insulin dihasilkan, bilirubin dipecah oleh hati, gula diubah menjadi energi, tapi ketika organ itu rusak dan menua maka kadar zat-zat dalam tubuh tak terkontrol dengan baik. Ginjal tak berfungsi dengan baik sehingga tak dapat mengeluarkan urin dan menumpuk, membengkak pada kaki dan perut.
Fabi ayyi aalaaaa irobbikumaa tukadzibaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah kamu dustakan? Fer? Kembalilah.
No comments:
Post a Comment